Sabtu, 06 November 2010

Resensi dan Analisis Film: Revolution Will Not Be Televised

T14/Film/OJ/2009

Resensi

Film ini menceritakan bagaimana situasi dan kondisi Venezuela di tahun pertama Chavez menjadi presiden. Chavez memerintah diantara kaum borjuis dan kaum miskin. Chavez berusaha untuk menegakkan demokrasi yang diusungnya. Pada akhirnya ia mendapat kecaman dari banyak pihak. Sementara itu, televisi nasional pada saat terjadi kudeta di boikot oleh televisi swasta. Televisi swasta memberikan berita bohong mengenai Chavez yang menginginkan perbaikan di sektor ekonomi venezuela.

Salah satu program ekonomi Chavez adalah menasionalisasi perusahaan- perusahaan asing yang ada di negaranya, termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan tambang. Hal itu yang menyebabkan oposisi menyiapkan demontrasi besar-besaran untuk menggulingkan Chavez.

Para demonstran yang anti-Chavez kemudian dihadang oleh mereka yang pro-Chavez. Kemudian terlihat bahwa penembak jitu menembaki para pro-Chavez. Media setempat memberitakan bahwa yang menembaki pendukung Chavez berasal dari kerumunan anti Chavez. Sebenarnya yang menembaki pendukung Chavez adalah para penembak jitu yang bersembunyi dibalik mobil vans.

Hal tersebut tentu tak mudah dilakukan, mengingat kekuatan kapitalisme global yang ingin menguasai aset-aset yang mendatangkan keuntungan besar. Sebagai penghasil minyak terbesar keempat di dunia, sebagian besar rakyat Venezuela hidup dalam kemiskinan, hanya minoritas yang termasuk dalam golongan menengah ke atas.

Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, Chavez pun berani melakukan tindakan nasionalisasi aset-aset penting termasuk pertambangan.

Perjuangan ini pun harus dibayar cukup mahal, termasuk kudeta yang harus dihadapinya tahun 2002. Meski begitu, Chavez mampu melewatinya dan masih memimpin hingga saat ini. Tokoh pemimpin seperti Chaves yang berani memihak dan memperjuangkan kepentingan rakyat.

Analisis

Film yang mengisahkan perjuangan Chavez merupakan film mengenai demokrasi yang harus dijalankan serta kesamarataan warga antara kaum borjuis dan kaum miskin. Venezuela merupakan penghasil minyak terbesar keempat di dunia tetapi yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar penduduk Venezuela adalah masyarakat miskin. Hal ini tidak ada bedanya dengan Indonesia. Indonesia tidak bisa lepas dari genggaman tangan pihak asing. Indonesia masih bergantung pada pihak asing dalam mengembangkan ekonominya.

Di dalam buku Teori Pembangunan Dunia Ketiga karya Arif Budiman juga dijelaskan beberapa teori ketergantungan yang dialami oleh negara-negara kecil. Banyak ahli yang mempunyai opini mengenai masalah ketergantungan.

Negara yang mengalami ketergantungan biasanya menjadi negara yang terbelakang. Menurut sumber mengenai ketergantungan sosial, struktur ketergantungan secara bertingkat mulai dari negara pusat sampai periferi disampaikan oleh Galtung. Imprealisme ditandai satu jalur kuat antara pusat di pusat dengan pusat di periferi (CC-CP).

Ditambahkan Frank, bahwa daerah desa yang terbelakang akan menjadi penghalang untuk maju bagi negara bersangkutan. Struktur kapitalisme juga dapat dikaitkan dengan Cardoso tentang dependensi ekonomi. Ketergantungan ekonomi terjadi melalui perbedaan produk dan kebijakan hutang yang menyebabkan eksploitasi finansial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar