Jumat, 08 April 2011

bulan

jika aku tak bisa melihatmu secara dekat

mungkin bulan bisa

mungkin dia menjadi kelopak pada matamu

sedang, aku yang binar menatapnya


andai waktu tak pernah sebegitu tergesa

mungkin aku ingin

menjelma bulan, menjadi kelopak matamu itu


dengan centil kata tak bisa diam

ku taruh endapan kenangan

seperti tandus mencintai hujan

aku merindumu, hingga aku melihat bulan


jika bulan memang bopeng

sinarnya tetap mentari

menghidupi

menidurkan

sampai suatu ketika

bulan memang sesuatu

dia berubah menjadi dirimu


Books - Poetry Session

Sabtu, 02 April 2011

bisik

berbisik. angin-angin tenang di bawah pohon yang teduh memang mengasyikan. berbisik. air-air dari ujung daun diam-diam menunjukkan bahwasanya barang cair selalu menjadi bobot besar pada apapun yang menopangnya. berbisik. sifat diam yang emas atau berlian. berbisik. angin dan air selalu bisa mengutarakan, bagaimana bunga mawar yang cantik bisa bergoyang atau gondola yang perlahan di bawa sampai hilir jauhnya. berbisik.

Jumat, 01 April 2011

mahal

ada yang menyimpan makna

di balik senyum lekuk indahmu

ada yang bergaris tapi semu

sukahatimu pada bibirku


ada yang menoleh

lalu kupegang

jangan

biar waktu itu


biar dia, jadi saksi masa emas

biar dia, jadi lantun tembang raras.


kusandarkan kecup di keningnya

timbul mesra pada bunga-bunga

mencintaimu tak pernah sebegitu rindu

tapi merindumu.

seperti mencintai sekian lama.

mahal

penjahat jalanan, kodratkan sampai mana siangmu bermalam

pagimu yang membuncah, memecah mentari.


dan kamu yang bersenandung syahdu

memintaku kembali

kepada adat yang biasanya menghabiskan hari


memupuk. bernostalgi.


kepada sejuk yang mengangkat hati

hai dansa.

saat dalang mewayangkan abdi.

hai setia.


aih dewa.

bawakan gondola di sungainya

yang hilir ke hulu

dengan hati pada rindu.


untuknya, kelopak bunga mawarku.