Senin, 10 Januari 2011

Kalam

dalam darahmu tertegun

jiwamu terbangun

ah, adakah alam senantiasa

berpaduka kepada gusti sang semesta?


hamba tertidur, bukan lelap batin yang buta

bukan aksara, bukan bahasa.

dan hati yang terbuka semata

memintaku, mengajak pada bisik, "kembalilah padaku, niscaya kuberi lebih dari sepasang bola mata".

Ombak di Ujung Tahun

aku lihat ombak lagi

yang menggulung bersama angin yang basah

aku datang dengan satu hati

dengan ribuan makna dimana laut memang punya segalanya


ada rasa bahagia yang diberikan

ketika air yang sampai di pesisir

menyambut kakiku yang kering.


begitulah pantai memberikan keteduhan

begitulah pantai membuatku selalu senang.

untuk tahun yang berlalu

yang ditutup di persemayamanmu, Tuhan.

kecup kasih, beribu.



Ujung Genteng, 31 Desember 2010.

Ilmu

ada burung yang lupa dimana ia hinggap

ada jam tangan yang luput dimana ia terletak

ada manusia yang khilaf dimana ia dalam shalat


yang terbang tinggi

lalu lupa diri

jangan tanya reinkarnasi, manusia cuma cari selamat.


berbagi pada buku

sama dengan terbuai pada waktu

yang terjadi atau yang datang

manusia hilang, hanya ilmu ditinggalkan.


dalam sejarah, catatlah sang cucu

ada kakek dalam kehidupan.

bukan sarkofagus

bukan menhir

cuma lamen, tempat ia telah menanamkan.

Kerang dan Mutiara

ragamu bagai kerang

keras dalam lautan

sedang aku mutiara yang diam

rindu pada kehangatan di dalam


betapa samudera yang berisik

mengusik

berderu sampai pesisir dan kita terbawa-bawa

bagaimana

bagaimana

mengubah raga dan batin

menjadi kerang dari mutiara?


tak bisa,

oh, tak bisa.


dalam sejarah lautan

apa yang abadi, selain air pada lautan

dan pasir pada pesisir?

satu hal, kamu dan aku

kerang dan mutiara.




#selamat hari ibu, 22 Desember 2010.

Belenggu

berat kepalaku, sampai jalan jadi remang, arah pandang jadi bayang

hura-hura yang baru, kosong padaku

tak berdiri ini hati, tak tunas kata senang

belenggu, cuma tampak lorong hitam penuh batu


siapakah yang iri, dan habis bensin untuk lari?

lantas menyerah, tak tahu, siapa? aku?

lihat anak muda, melesat tanpa ragu

akulah iba, yang sendu, yang peluk, yang tangis, yang hampa, tanpa arti.