Senin, 28 November 2011

Ramalan

mengintip nasib yang tak sempat
menatap dengan mata yang sipit
jika istilahnya Tuhan itu ada pada tiap tempat,
setiap titik padaku, jua padamu, adalah pertanyaan
yang luas, diwaktu nan sempit. 

Kamis, 24 November 2011

Love

every second of my every day
i love you with all the way
its sugar when you smile
and honey when you love me too

no why or how
the trully for its come through
i love you
and you love me too.

Senin, 27 Juni 2011

Selamanya

Bawa aku, kemana saja
lewat mimpi, bahkan muatan udara
Aku kan sampai ke dermaga,
melihatmu, dalam peraduan gelombang samudera
Aku kan sampai ke dermaga,
bawa aku, kemana saja.

dengan langkah-langkah berjarak
dengan sepasang tangan bergandengan
dia bersilangan
apapun
bawa aku, kemana saja
selamanya.

Istimewa

Lodaya malam
Kuda besi
Yang muda yang beromansa
Yang muda yang berapi-api

Dengan datangnya pagi
Aku sudah di kotamu
Yogyakarta
Istimewa, pada tema dan isinya.

Jumat, 08 April 2011

bulan

jika aku tak bisa melihatmu secara dekat

mungkin bulan bisa

mungkin dia menjadi kelopak pada matamu

sedang, aku yang binar menatapnya


andai waktu tak pernah sebegitu tergesa

mungkin aku ingin

menjelma bulan, menjadi kelopak matamu itu


dengan centil kata tak bisa diam

ku taruh endapan kenangan

seperti tandus mencintai hujan

aku merindumu, hingga aku melihat bulan


jika bulan memang bopeng

sinarnya tetap mentari

menghidupi

menidurkan

sampai suatu ketika

bulan memang sesuatu

dia berubah menjadi dirimu


Books - Poetry Session

Sabtu, 02 April 2011

bisik

berbisik. angin-angin tenang di bawah pohon yang teduh memang mengasyikan. berbisik. air-air dari ujung daun diam-diam menunjukkan bahwasanya barang cair selalu menjadi bobot besar pada apapun yang menopangnya. berbisik. sifat diam yang emas atau berlian. berbisik. angin dan air selalu bisa mengutarakan, bagaimana bunga mawar yang cantik bisa bergoyang atau gondola yang perlahan di bawa sampai hilir jauhnya. berbisik.

Jumat, 01 April 2011

mahal

ada yang menyimpan makna

di balik senyum lekuk indahmu

ada yang bergaris tapi semu

sukahatimu pada bibirku


ada yang menoleh

lalu kupegang

jangan

biar waktu itu


biar dia, jadi saksi masa emas

biar dia, jadi lantun tembang raras.


kusandarkan kecup di keningnya

timbul mesra pada bunga-bunga

mencintaimu tak pernah sebegitu rindu

tapi merindumu.

seperti mencintai sekian lama.

mahal

penjahat jalanan, kodratkan sampai mana siangmu bermalam

pagimu yang membuncah, memecah mentari.


dan kamu yang bersenandung syahdu

memintaku kembali

kepada adat yang biasanya menghabiskan hari


memupuk. bernostalgi.


kepada sejuk yang mengangkat hati

hai dansa.

saat dalang mewayangkan abdi.

hai setia.


aih dewa.

bawakan gondola di sungainya

yang hilir ke hulu

dengan hati pada rindu.


untuknya, kelopak bunga mawarku.

Minggu, 27 Februari 2011

dystopian

aku bibir gincu

yang merah merona

atau berdaya tarik pesona.

akulah magnet dari matamu.


akulah yudhistira.

aku juga gunatalikrama.

pada amarta.


itulah sisipanku dalam tidur.

aku manusia.

mungkin aku rama.

merindu sinta seperti demam baginda pada harta.


bagianku pada cinta.

tak lebih sebagian dari diriku.

yang kunjung membakar, terkadang padam.

akulah yang biasa, yang terkadang subur pada sawah

atau tandus di lapang.


akulah insan, yang muda terlalu banyak pinta

akulah nisan, yang pernah terseka semasa hidupnya.

distopia, lagu ku dystopian.



2 februari 2011

dystopian

ada syahdu syahdan

yang bising, yang kacaukan kromatisasi


lalu pagi tak lagi dengan burung atau ayam

digantinya dengan jejak-jejak menggulung hitam

di atas awan.


beradu dilema pada fajar

lalu cemburu pada senja

oranye, kuning langsat, merah delima.

tak ada.

hitam dan gemuruh


suatu pagi, si udara meminta

dilamarkan pada embun

tapi helai daun tak hijau rimbun

lalu sia-sia,

alamatkan semuanya pada dia,

si kuasa semesta.


ada air tak ada sumber

seperti tak ada tanaman jika tiada tanah

bagaimana ini?

bagaimana bila mengerti, rasa yang kabur

hati yang mengelabu

seperti bayang-bayang pada kaca jendela berembun?


lalu tunas jadi cabang

kuat batang jadi dahan.

banyak nan rapuh

elok tapi gemulai.


impian jadi lamin.

dekaplah tubuhku.

bagi-berbagi kasturi

padamu, padaku, paduka.


jika yang anggun itu bukan banal

maka ku kembalikan

atau terbalikkan.

bagimu, yang tak sah.

perempuan.


senyum. baca ini.

Senin, 10 Januari 2011

Kalam

dalam darahmu tertegun

jiwamu terbangun

ah, adakah alam senantiasa

berpaduka kepada gusti sang semesta?


hamba tertidur, bukan lelap batin yang buta

bukan aksara, bukan bahasa.

dan hati yang terbuka semata

memintaku, mengajak pada bisik, "kembalilah padaku, niscaya kuberi lebih dari sepasang bola mata".

Ombak di Ujung Tahun

aku lihat ombak lagi

yang menggulung bersama angin yang basah

aku datang dengan satu hati

dengan ribuan makna dimana laut memang punya segalanya


ada rasa bahagia yang diberikan

ketika air yang sampai di pesisir

menyambut kakiku yang kering.


begitulah pantai memberikan keteduhan

begitulah pantai membuatku selalu senang.

untuk tahun yang berlalu

yang ditutup di persemayamanmu, Tuhan.

kecup kasih, beribu.



Ujung Genteng, 31 Desember 2010.

Ilmu

ada burung yang lupa dimana ia hinggap

ada jam tangan yang luput dimana ia terletak

ada manusia yang khilaf dimana ia dalam shalat


yang terbang tinggi

lalu lupa diri

jangan tanya reinkarnasi, manusia cuma cari selamat.


berbagi pada buku

sama dengan terbuai pada waktu

yang terjadi atau yang datang

manusia hilang, hanya ilmu ditinggalkan.


dalam sejarah, catatlah sang cucu

ada kakek dalam kehidupan.

bukan sarkofagus

bukan menhir

cuma lamen, tempat ia telah menanamkan.

Kerang dan Mutiara

ragamu bagai kerang

keras dalam lautan

sedang aku mutiara yang diam

rindu pada kehangatan di dalam


betapa samudera yang berisik

mengusik

berderu sampai pesisir dan kita terbawa-bawa

bagaimana

bagaimana

mengubah raga dan batin

menjadi kerang dari mutiara?


tak bisa,

oh, tak bisa.


dalam sejarah lautan

apa yang abadi, selain air pada lautan

dan pasir pada pesisir?

satu hal, kamu dan aku

kerang dan mutiara.




#selamat hari ibu, 22 Desember 2010.

Belenggu

berat kepalaku, sampai jalan jadi remang, arah pandang jadi bayang

hura-hura yang baru, kosong padaku

tak berdiri ini hati, tak tunas kata senang

belenggu, cuma tampak lorong hitam penuh batu


siapakah yang iri, dan habis bensin untuk lari?

lantas menyerah, tak tahu, siapa? aku?

lihat anak muda, melesat tanpa ragu

akulah iba, yang sendu, yang peluk, yang tangis, yang hampa, tanpa arti.