Rabu, 20 Mei 2009

Aku dan Tuhan yang bersembunyi di balik awan (end version)

Ketika semua keraguan menyelimuti hati ini, jawaban dari-Nya turun dengan sederhana kepada seorang keturunan Adam. Ketika ku mempertanyakan kenapa tuhan itu tidak adil atas hambanya, jawaban yang datang secara indah pun menuntunku ke diri-Nya.
Awalnya diriku mempertanyakan kenapa harus ada hamba yang bernasib buruk. Sepengetahuanku, tuhan telah menuliskan jalan hidup atau takdir kepada setiap hambanya. Tetapi mengapa tuhan menuliskan suratan takdir yang buruk kepada seorang hambanya dan akhirnya Ia pula yang memberi hukuman neraka bagi hamba tersebut.
Seorang keturunan adam pun menjelaskan dengan tenang dan sabar ketika hendak menjawab segala keraguanku. Ia pun berkata,
“tuhan itu menuliskan takdir kepada setiap hambanya dalam tiga hal yakni rejeki, jodoh, dan umur. Selebihnya manusia itu sendiri yang menentukan. Semua itu adalah kehendak-Nya. Manusia mempunyai hak dalam merubah jalan hidupnya. Tuhan pernah berkata bahwa Ia tidak akan mengubah takdir atau nasib seseorang jika seseorang itu tidak mau merubah nasibnya”
Kemudian ia bertanya kepadaku,
“apakah kamu sudah mengetahui tempat dimana kamu akan dijebloskan?” aku pun menjawab, “sudah, neraka adalah tempatku karena diriku jarang beribadah!” ia pun menimpalkannya lagi, “jika kamu sudah tahu neraka adalah tempatmu dijatuhkan, apakah kamu tetap terdiam dan tidak akan merubah hal tersebut?” aku hanya termenung dan kemudian diam dengan semangatnya dalam membagi ilmu itu. “kamu bisa merubah neraka menjadi surga karena pilihanmu sendiri. jika tuhan menghendaki, dengan seketika kamu masuk surga. PERCAYALAH.”
Sampai saat ini pun aku masih memikirkan semua perkataan yang ia lontarkan. Ketika badan ini cukup kokoh untuk membungkuk di hadapan-Nya, hati ini malah goyah tentang teologi. Saat ini aku mencoba kembali dalam pelukan-Nya dan membayangkan Ia tersenyum kepadaku.
Ini adalah jawaban atas keraguan yang menyelimuti umur yang tanpa arah dan tujuan. Akhirnya aku mendapat jawaban mengapa manusia itu diberi nurani dan akal. Dua hal tersebut diberikan kepada manusia untuk dapat memilih kepada siapa ia patuh dan untuk apa ia patuh. Diatas langit masih ada langit.


“KUASAMU ADALAH ANUGERAH DAN BADAN INI SERAYA MEMBUNGKUK. AIRMATA INI MENJADI AWAL SIAPA DIRIKU KETIKA KUPIKIR SEMUA HANYALAH BUALAN”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar