Jumat, 14 Mei 2010

paragraf ketiga


Aku selalu punya banyak ruang, aku selalu punya kata yang seharusnya diucapkan oleh hati saja. Karena nafsu manusia yang tidak bisa ditundukredamkan, maka jadilah ia, sebuah roman picisan lisan yang mengudara sampai ke telingamu. Hingga daun-daun yang menyaksikan kita dibawahnya menjadi berjatuhan, sampai dahan-dahan diatasnya yang mulai sempoyongan mendengar kataku keluar mesra kepadamu, kekasihku sayang.

Sampailah suatu ketika, ada suara hati yang menjerit-jerit karena tergantikan oleh lisanku yang terlalu kurang ajar sepertinya. Hatiku meminta madu dari dirimu, madu manis milik kembang pesona kemayu. Tapi lisan sudah bertindak adil, dia menjadi selang atas hatiku kepadamu. Sudah tiga bulan sebentarnya, kita menggandrungi semua kelakar tentang sesuatu yang bersifat semu. Semua semu yang tidak kita temukan arti dan definisi pastinya.

Dan cerita menjijikan yang berbau mesra, berbau indahnya romansa pergelutan sepasang anak muda, yang mencoba berlagak santun dan kasih untuk hidupnya sehari-hari, kini, mulai diperdengarkan kembali dan menjadi keterbacaan sekali lagi.

Biarlah uring-uringan diluar sana beterbangan siang dan malam. Karena badai tak kunjung berdamai, maka volume ini aku kecilkan sementara. Hanya aku dan kamu yang bisa mengudara lewat jalur radio yang sempit. Kita tertarik tarik dengan frekuensi lainnya, tapi sayangku, cobalah betulkan setelan radiomu, ternyata aku dan kamu sudah sejalur selama tiga bulan ini.

Karena kesemuan ini yang kita tinggikan, hingga kita meninggalkan keirian yang terjadi di alam sana, sebuah alam dimana aku dan kamu hidup bersama manusia lainnya, yang selalu saja menderu memaksa untuk mengikuti kisah milik adam dan hawa. Karena kita adalah adam dan hawa dalam versi kecil, hanya bagian kecil dari sebuah chapter dari kumpulan miliaran chapter versi aslinya.

Keterkenalan biarlah milik adam dan hawa, romi dan juli, charles dan diana serta beckham dan victoria. Kita punya cerita sendiri, sebuah cerita ditempatkannya kesemuan yang bernama cinta, antara dimas dan putri. Ketika semua, termasuk kamu tergeli melahap catatan ini, bibirku belum jontor untuk membuat kisah cinta lagi kepadamu. Tanganku masih manis sekali. Satu hal yang aku percayai, tulisan merupakan pertanda jaman, sebuah jaman dimana aku dan kamu meretas mimpi-mimpi yang harus dijamahi nanti, mimpi-mimpi yang terbangunjalankan dari gugahan dan gubahan kita yang menyeni atau tidak sama sekali.

Kegersangan alam raya yang tak kunjung berada, kebecekan lubang-lubang jalan yang tak terpasiri, tidak menjadikan asmaradana kita kering dan amblas. Karena sebuah julukan dari jawa, aku ingin menjadi ikan teri, yang disiangi di pinggir-pinggir rel kereta api oleh putri si matahari. Sememuakkan dan se-ecek-ecekkan sudah kalimatku bersilangsengkarut disini.

Happy Thirdmonth Anniversary My Poetry.


paragraf ketiga :
__________________________
__________________________


ketika keramaian kampus yang menjejali waktu kita, aku dan kamu masih setia saling menatap. saling mencari-cari, saling tertuju dan terpusat, dimana letak pacarku yang jelek itu?, katamu. aku disini, kataku sambil menyengirkan senyum manis. dimana, balasmu.aku di hatimu sayangku, tektokbalasku yang meredamkan pencarianmu. aku pun tertawa geli. dan sorak sorai sahabat sekitar juga menukilkan decak jijik yang melihat ke arahku. tak apa. mereka bahagia. begitu juga kita, aku dan kamu.

__________________________
__________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar