Kamis, 20 Agustus 2009

Sensasi Agustus Scriptamanologis

Dan agustus, merupakan bulan aneh seribu macam. Dari hampir pusat kisaran emosi, berawal dari bulan yang menunjukkan angka delapan. Aku adalah seorang manusia yang terbit dan tenggelam bersama matahari, bulan dan bintang.

Sepak terjang bulan yang lain seperti lapuk dengan ironi yang membasahi agustus yang sendu dan melankolis. Terlalu banyak klasikal romansa yang ku amati dan ku alami. Aku tersenyum, bersedih, tertawa, bermuram durja, hasil olahan mataku yang tak kunjung sempurna.

Sehari-hari, aku mengonsumsi berbagai macam cerita yang berkutub-kutub. Tak memautkan antara satu dan yang lain. Agustus. Mengapa menjadi bersayap? Terus hinggap kesana dan kemari. Banyak ujian, bercengkerama dengan nasib-nasib yang tak terbayangkan dan ku enyahkan dari mimpiku sebagai seorang bocah yang memiliki banyak cerita.

Shakespeare, Bung Karno, dan Ramadhan berkumpul dalam bulan berwarna biru, dalam pandanganku. Dan setiap rasa yang ku lacurkan, tidak berbahasa baku. Bahasa indonesia, kuperdayakan dirinya menggambari bulan kecumbu. Bulan hasrat dan seonggok rupa-rupa kenangan.

Salam sayang sebagai seorang anak, teman, dan pacar. Setiap pergantian bulan, menyisakan memori yang terkadang membuat bibir ini melebar dan sesaat, membuat kerutan tajam pertanda tidak senang. Dan jalani, setiap keadilan yang bersaksi, karena pelanggaran akan terus teruji. Sensasi agustus, alur pendewasaan menjadi kekal dan sempurna meski hanya, sedikit saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar