Rabu, 22 Juli 2009

Indonesia.


Stop. Negara ini merdeka namun merengek-rengek bagai bayi tua berboneka. Umur boleh tua tapi warga negaranya, berpikir terbuka dan ramah tamah. Hah?

Dalam carik kertas tua, teks merdeka dibuat, mempelopori nadir perjuangan yang pernah diangkat lewat bambu runcing. Sakti. Prokalamasi, kami …….

Negara indonesia, klenik atau yang orang bilang ‘tanpa teknik’ itu ternyata sudah ada sejak dulu, dan ilmu hitam, mengapa kau tak menyantet kompeni-kompeni dan tuan tanah? Dan sekali lagi, nominal lah yang berkuasa.

Mengapa aku tidak dilahirkan sebagai orang bule, berkulit pucat dan bebercak di di dada akibat mengonsumsi daging babi? Dan sawo matang, rupanya telah menjadi darahku dan kerendahan merasuki kepribadian warga indonesia, serupa dengan kepribadian bangsa ini, rendah hati dan sayangnya, rendah diri.

Teror, tak bisa kau biasa seperti afghanistan dan palestina. Dentumnya kuat dan korban, mengintai orang luar, bukan dosa, melainkan kesalahan negara dari orang luar tersebut. Aku adalah aku, dan negara hanyalah aku hidup. kau jihad, salah tempat kiranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar