Minggu, 03 Oktober 2010

Oktober.

I
Oktober.
dan tampak sebongkah nisan, peristirahan kecil memori persekutuan.
inilah cara hati untuk melarikan diri,
inilah kata-kata untuk menyakiti.
namun, hujan sedang bertengkar;
hingga angin menjadi ribut
sedang guntur pelan-pelan saja.

II
kuambilnya secarik kertas, kulabelinya dengan pena.
dengan kalimat sederhana, siapa nyana, tak bolehkah aku menjadi dewa.
disini, dengan garis-garis pembatasnya.
dan aturan-aturan itu kembali ada, disaksikan aksara dan gambar lama.
kembaliku, tak ada hasrat tuk bersama

III
sedang siapakah yang bertemu,
diantara belaian-belaian dingin seorang wanita.
tidak engkau, si musiman.
tidak aku, siluman anak jalanan.
dan di luasan gunung yang cantik, pemuda-pemudi berdiri
memandang langit yang sama, tidak oranye, tidak kelabu
tapi kaki-kaki itu basah, rambut-rambut itu klimis
seperti ada hujan tanpa pertanda
dan telah ganjil-ganjil aku tebak.
pemuda-pemudi, yang sedang terjebak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar