Senin, 22 Juni 2009

Puncak Dua Belas

Dua belas, Jarum itu menyatu, vertikal satu.
Kini, bertambah dan hilang deret belas
Kemana larinya usia itu?
Hilang, kebelakang dalam kenangan memelas

Detik. Coba kau berbalik
Lihatlah, aku malu tersipu
Dari ranting mata itu, mengawasiku
Dari belakang batu itu, berbisik

Esok hari diam-diam menilik
Usia fajar dan hitungan hari
Jadi mentor bertopeng, mengusik
Karena hidup-mati saing berlari

Puncak dua belas
Kalungkan itu dalam simbol, hidup.
Saat embun membias di bening gelas
Aku tau, semakin lama, jengah dan renta menjadi temanku menghirup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar