Kembali dalam proyek bersama. Mencari arti hidup tanpa harus menyesalkan badan tercebur dalam dosa.
Sepengetahuanku di dalam dunia ini hanya ada yang nyata. Keberadaan setan atau iblis dan apapun namanya tidak termasuk dalam rumus meski mereka ada. Jika boleh jujur, saya tidak meyakini bahwa hidup ini memang ada andaikata bermain dengan logika. GILA jika memikirkan mengapa tekstur manusia bisa sampai seperti ini. Namun, tidak ada pilihan lain untuk mengakui kalau kita adalah manusia. Mensyukuri menjadi jalan paling sempurna untuk tetap merasa hidup. Karena udara telah lelah untuk kita hirup.
Kemunafikan dalam diri manusia terkadang menentang banyak argumen. Mencela yang sempurna menjadi sifat yang laten. Dan ternyata, hidup ini terlalu pendek untuk ditangisi dan ditertawakan. Kita hanya memiliki dua hal yang menggiring kita ke dalam hidup yang ideal. Tanpa disadari, larutan “rasa” yang mengiringi manusia itu terlalu didewakan sehingga melupakan hati kecil yang bersemayam.
Konon, tanah adalah pembentukan struktur manusia. Berawal dari tanah dan berakhir ke dalam tanah. Di permukaan tanah, persepsi yang muncul adalah kotor, debu, berserakan, dan berbatu. Sungguhlah manusia itu kotor tanpa harus meminta pertanggungjawaban dari yang kuasa. Membersihkan diri sama saja kau mengepel lantai pasar. Akan selalu kotor, akan selalu kotor. Jadikan kotormu sebagai pembelajaran. Seperti brand sabun colek atau apalah, “gak kotor, ga belajar”(andaikan serupa seperti aslinya karena saya lupa).
Kemudian “dead end and die with that brand.”
Ajal sebenarnya sudah tercicil sejak manusia lahir hingga saat ini kau melihat jam dinding. Kematianmu berjalan sesuai detik. Bahkan, malaikat di pundakmu menyaksikan apa yang kau lakukan dari setiap pergerakan, penglihatan, hingga tekanan batin yang kau terima menuju akhir nafas. Dia mencatat tanpa ralat. Bergidik? Sungguh? Tidak!!!!!!
Sebab Tuhan menciptakan manusia itu bukan untuk takut akan kematian tetapi menghargai kehidupan menjelang kematian. Diisi macam aktivitas buruk pun Tuhan tak peduli. Inilah hidupmu dan sesekali pedulilah dengan itu. Karena hidupmu tidak hanya untuk hari ini dan maha kekal sesungguhnya mengetahui atas semua yang memiliki arti. Dan untuk manusia, berbahagialah karena mendapatkan dosa. Dosa itu adalah pembenahan dan pembelajaran menuju kebaikan. Untuk bakat yang kalian miliki, saya acungkan jempol atas karunia tersebut.
Cheers for all.
Sepengetahuanku di dalam dunia ini hanya ada yang nyata. Keberadaan setan atau iblis dan apapun namanya tidak termasuk dalam rumus meski mereka ada. Jika boleh jujur, saya tidak meyakini bahwa hidup ini memang ada andaikata bermain dengan logika. GILA jika memikirkan mengapa tekstur manusia bisa sampai seperti ini. Namun, tidak ada pilihan lain untuk mengakui kalau kita adalah manusia. Mensyukuri menjadi jalan paling sempurna untuk tetap merasa hidup. Karena udara telah lelah untuk kita hirup.
Kemunafikan dalam diri manusia terkadang menentang banyak argumen. Mencela yang sempurna menjadi sifat yang laten. Dan ternyata, hidup ini terlalu pendek untuk ditangisi dan ditertawakan. Kita hanya memiliki dua hal yang menggiring kita ke dalam hidup yang ideal. Tanpa disadari, larutan “rasa” yang mengiringi manusia itu terlalu didewakan sehingga melupakan hati kecil yang bersemayam.
Konon, tanah adalah pembentukan struktur manusia. Berawal dari tanah dan berakhir ke dalam tanah. Di permukaan tanah, persepsi yang muncul adalah kotor, debu, berserakan, dan berbatu. Sungguhlah manusia itu kotor tanpa harus meminta pertanggungjawaban dari yang kuasa. Membersihkan diri sama saja kau mengepel lantai pasar. Akan selalu kotor, akan selalu kotor. Jadikan kotormu sebagai pembelajaran. Seperti brand sabun colek atau apalah, “gak kotor, ga belajar”(andaikan serupa seperti aslinya karena saya lupa).
Kemudian “dead end and die with that brand.”
Ajal sebenarnya sudah tercicil sejak manusia lahir hingga saat ini kau melihat jam dinding. Kematianmu berjalan sesuai detik. Bahkan, malaikat di pundakmu menyaksikan apa yang kau lakukan dari setiap pergerakan, penglihatan, hingga tekanan batin yang kau terima menuju akhir nafas. Dia mencatat tanpa ralat. Bergidik? Sungguh? Tidak!!!!!!
Sebab Tuhan menciptakan manusia itu bukan untuk takut akan kematian tetapi menghargai kehidupan menjelang kematian. Diisi macam aktivitas buruk pun Tuhan tak peduli. Inilah hidupmu dan sesekali pedulilah dengan itu. Karena hidupmu tidak hanya untuk hari ini dan maha kekal sesungguhnya mengetahui atas semua yang memiliki arti. Dan untuk manusia, berbahagialah karena mendapatkan dosa. Dosa itu adalah pembenahan dan pembelajaran menuju kebaikan. Untuk bakat yang kalian miliki, saya acungkan jempol atas karunia tersebut.
Cheers for all.
"Manusia itu picik
Mendapat hidup hanya setitik
Kemudian mengandaikannya dalam skala statistik
Keindahan itu tidak muncul dalam harimu
Tetapi timbul dalam hatimu
Manusia kadang menderai mau
Tanpa kompas kemana ia menuju."
Mendapat hidup hanya setitik
Kemudian mengandaikannya dalam skala statistik
Keindahan itu tidak muncul dalam harimu
Tetapi timbul dalam hatimu
Manusia kadang menderai mau
Tanpa kompas kemana ia menuju."
dan pedulilah terhadap hatimu dan hidupmu karena logika tak lagi membantu. temukan apa itu sesungguhnya dirimu. cari tahu hingga ajal itu menjemputmu.
Dimas. 01.46. diam dalam kosan ditemani kegelapan malam.