Dua belas, Jarum itu menyatu, vertikal satu.
Kini, bertambah dan hilang deret belas
Kemana larinya usia itu?
Hilang, kebelakang dalam kenangan memelas
Detik. Coba kau berbalik
Lihatlah, aku malu tersipu
Dari ranting mata itu, mengawasiku
Dari belakang batu itu, berbisik
Esok hari diam-diam menilik
Usia fajar dan hitungan hari
Jadi mentor bertopeng, mengusik
Karena hidup-mati saing berlari
Puncak dua belas
Kalungkan itu dalam simbol, hidup.
Saat embun membias di bening gelas
Aku tau, semakin lama, jengah dan renta menjadi temanku menghirup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar