Ketika semua berjalan sesuai alur,Nona Rosa bisa tersenyum. Dan ketika alur itu melangkah mundur, ia akan bernostalgia dengan dirinya yang selalu murung, selalu terbujur lemas tanpa daya gizi mengangkat gerak badannya dari empuknya kasur.
Rosa, nama seorang gadis yang memiliki lesung pipit begitu indah. Gigi calingnya mempermanis senyumnya, memperdaya sang adam dengan pingkalnya yang eksotis. Rosa bukan penari striptis, bukan pula jalang dengan senyum iblis. Ia adalah kembang dari dusun yang terletak di belakang gunung, diantara lebatnya pepohonan yang menjulang menutupi sinar matahari dari sela-sela ranting.
Namun, itu dirinya empat tahun yang lalu. Kini, ia berada di sebuah kota kosmopolitan yang penuh dengan gemerlap cahaya lampu jalan, penuh dengan sorot kendaraan. Tak bisa dipungkiri, Rosa dikalahkan dengan nominal. Ia hijrah ke kota dengan tujuan mencari lembaran dengan angka nol beruntun, untuk menghidupi dirinya dan keluarga di dusun. Namun, ia terjebak dalam siklus pencarian uang, terjebak dalam harum kembang yang menjadi lahan bagi pria hidung belang.
Selama empat tahun ia berjalan terhuyung, melihat dunia yang menyetirnya dari dusun sampai ke kota yang penuh biadab. Tak lagi ia mengenal pancasila yang mencantumkan istilah manusia yang adil dan beradab. Ia menjadi jalang di usianya yang terbilang muda. Habis daya, habis upaya, habis semua tata krama yang ia tuturkan sewaktu bangku sekolahan menghiasi hidupnya selama sembilan tahun.
Kini ia merindukan adanya tuhan, adanya malaikat yang segera menghakimi dirinya dengan kalimat-kalimat suci. Entah berapa lama lagi Rosa bertahan. Tangannya selalu tergandeng pria dengan setelan parlente ala kota kosmopolitan. Ia melacur dengan terpaksa, dengan tetesan airmata yang tiada habis ia peras setelah senggama. Tubuhnya yang aduhai telah terjamah, telah dijadikan remah-remah tangan setan yang tersenyum senang.
Ya tuhan, jika dirimu memiliki kendali, jadikan aku sebagai misilmu. Jadikan aku sebagai misil penghancur segala kenikmatan. Kalau perlu jadikan aku setan, jadikan aku jilat api yang membakar kelamin-kelamin para pria. Hilangkan kecantikanku, hilangkan payudaraku, hilangkan kelamin diantara selangkanganku. Aku memilih untuk tidak diberikan hidup jika diberi hidup untuk tidak bisa memilih.
I BREATH FOR PEACEFULL LIFE, BUT NOW, I BETTER OF FUCKIN DEAD. IM THE FLOWER IN THE MIDLE OF THOUSAND BEES.
aku ingin pulang, membawa dosa yang nantinya bercampur darah akibat pecutan parang orang tuaku, kepala dusun itu.
Pada akhirnya, Rosa bertemu dengan seorang laki-laki yang membawanya kembali ke hidup normal, bukan normal menjadi jalang tetapi normal menjadi wanita yang bermoral. Laki-laki itu, malaikat yang telah membawa kalimat suci yang pernah ia pinta di kehidupan suramnya.
Tuhan, ternyata kau tidak punya kendali. Aku pernah meminta untuk menjadi misil bagi kenikmatan dan kini, aku bersama kenikmatan tanpa gangguan. Aku meminta doa yang pernah ku suratkan padamu, tapi kau memberiku liku yang berharga untuk ditolak. Aku tunggu kendalimu jika memang kau berkehendak dan tidak ingin mati dalam doaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar